Sabtu, 13 April 2013

Tas Hermes Birkin

KOMPAS.com — Modelnya yang klasik, dengan bahan yang berkualitas, membuat tas Birkin dari Hermes menjadi salah satu ikon fashion. Tak heran, baik kalangan sosialita maupun selebriti kerap memburu tas ini, dari yang harganya puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bahkan, koleksi tas Birkin milik Victoria Beckham jumlahnya sudah puluhan, yang jika ditotal nilainya mencapai Rp 15 miliar.
Namun, laporan terbaru dari Forbes ini mungkin akan membuat para pemburu Birkin sedikit menahan diri. Tas Birkin perlahan-lahan mulai kehilangan statusnya sebagai the "it" bag, the most wanted bag, atau apalah sebutan yang digunakan para fashionista. Apakah sebabnya?
Analisis dari Forbes menggambarkan, bagaimana tas mahal ini sudah menjadi "tas sejuta umat" di China, Singapura, dan Hongkong. Di sana, orang mengenakan tas Birkin dalam berbagai model, dari yang orisinal, edisi dalam warna-warna khusus, dari yang kulit buaya sampai burung unta, sampai yang berhiaskan kristal.
Kalau Birkin memang begitu mahalnya, bagaimana mungkin begitu banyak orang mengenakan tas ini di Asia?
Dalam penelusurannya di Hongkong, kontributor Forbes, Blue Carreon, mengunjungi Milan Station, toko tas bekas di Central, Hongkong, yang ternyata juga menjual tas-tas Birkin dan Kelly edisi terbaru. Tas-tas itu benar-benar baru, belum pernah dipakai, dibeli oleh klien-klien toko tersebut di butik Hermes, lalu menjualnya lagi di Milan Station dengan 50-100 persen lebih mahal dari harga ritelnya di butik Hermes. Mereka tidak mau ada tawar-menawar harga karena yakin ada banyak orang yang bersedia membelinya sesuai harga yang diminta Tas Birkin.
Dengan stok barang yang lebih banyak daripada butik Hermes sendiri, Milan Station dan beberapa toko lain lantas membuat waiting list untuk calon pembeli, dengan biaya tambahan. Tas tersedia untuk siapa saja yang memiliki uang untuk membelinya, dan ternyata banyak orang Hongkong yang mampu membelinya.
Forbes mendapati bagaimana tas legendaris ini tidak menjadi barang mewah bagi orang-orang kaya di sana, tetapi lebih sebagai hal yang wajar untuk membantunya bersosialisasi di masyarakat.
"Terlalu banyak orang yang sebenarnya tidak begitu fashionable tapi memilikinya. Dan mereka membawanya ke mana saja. Di Asia, saya pernah melihat perempuan-perempuan yang membawa tas Birkin besar ke pesta jamuan makan," ujar Masako Kumakura, seorang praktisi komunikasi yang baru saja pindah ke China. Menurutnya, cara tersebut sangat tidak chic, dan membuat tas Birkin tidak eksklusif lagi.
Eksklusivitas memang seharusnya merupakan daya tarik utama dari tas Birkin. Tas yang dirancang khusus oleh pejabat Hermes, Jean-Louis Dumas, untuk aktris Jane Birkin pada tahun 1984 ini menjadi simbol kesuksesan dan status sosial.
"Tas ini masih menjadi simbol status utama, bagi pemula yang harus menabung berbulan-bulan untuk membeli tas Birkin-nya yang pertama, hingga para kolektor yang merasa harus mempunyai (tas Birkin) dalam setiap warna baru atau setiap ukuran untuk busana mereka. Karena Birkin bukan sekadar tas, Birkin adalah gaya hidup," papar seorangfashion blogger yang menggunakan nama Bagaholicboy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar